Banyak diantara kita tidak mengetahui makna sebenarnya JLPT. Ada yang berjuang keras supaya lulus dan mendapatkan sertifikat JLPT supaya bisa bekerja di perusahaan jepang dengan mudah. Ada juga yang hanya iseng-iseng mengikuti ujian ini tapi tidak tahu untuk apa ujian ini.

Bagaimana tidak, sertifikat ini sangat berharga. Bahkan ada perusahaan tertentu bisa membayar kita yang mempunyai sertifikat JLPT dengan tunjangan bulanan dengan nominal yang cukup menggiurkan. Ada juga jenis pekerjaan tertentu yang memang diharuskan memiliki sertifikatt JLPT level tertentu. Tapi ada hal yang harus kita perhatikan juga dalam ujian ini, bukan sekedar mendapat sertifikat dan tidak pula hanya sekedar lulus. JLPT ini adalah sebagai alat ukur. Mengukur kemampuan bahasa jepang yang kita miliki. Seberapa mampu dan paham kita dengan bahasa jepang. Dan kita sendiri juga harus bisa mengukur sejauh mana kita bisa.

Sesuai dengan pengamatan yang saya lakukan sejauh ini, ada 3 kondisi pada saat kita mengerjakan soal JLPT.

1. Paham/ Mengerti.
2. Ragu-ragu.
3. Tidak tahu.

1. Paham/ Mengerti.

Paham disini berarti kita mengerti dengan soal dan bisa menjawab pertanyaan dengan baik tanpa ragu-ragu. Selain bisa menjawab kita juga harus benar-benar mengerti semua kosakata mengenai cara baca (kanji), fungsi dan penggunaan kata pada kalimat, dan tahu makna dari setiap kosakata pada pertanyaan maupun jawaban. Dengan memahami soal dan jawaban, presentase benar dan salah sekitar 90%(benar) 10%(salah). 

Namun jangan kepedean dulu saat kita merasa paham dengan soal dan jawaban. Ada  pula kondisi dimana ketika kita terlalu pede, ada kemungkinan kita memilih jawaban yang salah. Bahkan kesalahan ini terkadang terasa sangat sepele sekali. Karena tidak teliti atau terburu-buru. Meskipun pada kondisi ini kita merasa sudah menguasai materi 90% keatas, tapi jika kita tidak fokus, yang terjadi adalah akan mudah melakukan kesalahan yang sepele. Maka dari itulah kondisi ini tetap ada kemungkinan kita menjawab jawaban yang salah. Bukan karena tidak tahu, tapi karena tidak fokus.

2. Ragu-ragu.


Kondisi ini berada diantara tahu dan tidak tahu sama sekali. Atau bisa dibilang fifty-fifty. Sehingga presentase kita menjawab dengan benar 50% dan salah 50%. Memang jika dibandikan dengan kondisi yang tidak tahu sama sekali, keragu-raguan ini masih mempunyai potensi benar yang cukup besar. Namun bagi saya, jika mengalami hal ini (ragu-ragu), saya akan lebih suka menganggapnya dengan kondisi tidak tahu. Kenapa demikian?

Jika keragu-raguan muncul disaat kita akan menjawab pertanyaan, justru hanya akan menyita waktu. Karena ketika ragu , kita justru akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk memikirkan soal dan memilih jawaban. Toh kemungkinan benar hanya 50% dan ini akan menurun jika ditambah kita tidak fokus atau grogi saat membaca soal dan jawaban.

Jadi, jika anda mendapati kondisi ini pada salah satu soal, saran saya PILIH dan TINGGALKAN. Jangan pernah memikirkan soal itu tadi. Fokuslah pada soal berikutnya. Ini lebih penting karena soal berikutnya siapa tahu akan lebih mudah dan anda lebih mengusai dari pada soal ini. Hal ini penting karena mengingat dalam mengerjakan soal JLPT kita juga dikejar oleh waktu yang singkat dan satu soal mempunyai cycle time tertentu. Jika terlalu lama kita memikirkannya, bisa jadi tidak cukup waktu untuk mengerjakan soal yang lain. Seperti yang saya alami saat mengerjakan N 2 tahun lalu. Saya kurang waktu karena terlalu fokus pada soal 読解(どっかい).

Sehingga pada kondisi kedua ini, cepatlah dalam mengambil keputusan memilih jawaban. Jangan terlalu lama. Lalu lanjutkan ke soal berikutnya dengan pasti.

3. Tidak Tahu.
Kondisi ini dikarenakan kita tidak menguasai materi dengan baik. Tidak tahu makna kosakata dan tidak memahami pola kalimat pada soal maupun jawaban. Sehingga secara garis besar tidak mengerti yang ditanyakan dan jawaban. Presentase benar bisa dibawah 10% dan salah bisa lebih dari 90%. Biasanya kondisi ini cenderung terjadi karena kita tidak menguasai kosakata dengan baik. Terutama kanji. Kalau pola kalimat, saya rasa masih bisa di raba-raba makna nya. Tapi jika kosakata sama sekali tidak tahu, sama saja seperti orang buta aksara. 

10% presentase benar pada kondisi ini, adalah keberuntungan. Dan harus kita pahami, bahwa keberuntungan ini tidak menunjukkan kemampuan kita yang sebenarnya.

Sekian.