Bagaimana hasil JLPT kamu pada ujian lalu? Lulus atau perlu mencoba lagi? Mungkin masih banyak beberapa dari kita yang belum bisa mengukur kekurangan atau kelemahan yang membuat hasil ujian kita kurang memenuhi standar lulus yang sudah ditetapkan. Nah , kali ini saya akan mencoba berbagi tips dan mengupas tuntas mengenai beberapa hal yang membuat gagalnya JLPT yang kita tempuh beberapa waktu lalu.


Kalau saya sendiri, pernah gagal pada beberapa kali JLPT. N4 gagal 1 kali, N3 gagal 1 kali, N2 gagal 2 kali. Dari beberapa kegagalan tersebut, saya selalu evaluasi bagaimana saya tidak lulus dalam JLPT tersebut. Apakah saya belum menguasai materi? Berapa persen saya bisa menguasai kosakata? Atau apakah saya masih belum cukup terbiasa dengan percakapan bahasa jepang? Dari evaluasi itulah saya tahu kekurangan saya dan mencoba untuk memperbaikinya pada kesempatan ujian berikutnya. 
Lalu apa saja yang harus kita perhatikan dalam evaluasi kegagalan kita tersebut. Mari kita simak beberapa hal tersebut.

1. Apakah saya sudah menguasai materi dengan baik?

Mengenai penguasaan materi ini, kita perlu mengukur berapa persen kita menguasai materi yang yang ada. Misalnya pada kosakata, saya selalu mengulang pada bagian 索引(さくいん)atau daftar kosakata yang ada dalam buku materi JLPT. Pada halaman 索引 tersebut saya ulang membaca lagi daftar kosakatanya lalu bagian yang sudah saya hafal atau sudah saya pahami akan saya ceklist dan bagian yang belum saya hafal atau lupa akan saya beri tanda dan saya buka lagi pada halaman dimana terdapat kosakata tersebut. Sehingga saya akan membaca ulang lagi kosakata tersebut dan membuka memori saya untuk mengingatnya kembali. 



Lulus atau tidaknya pada hasil ujian, tidak hanya dilihat dari nilai total yang harus melewati batas lulus ujian. Akan tetapi pada setiap sesi ujian, juga harus melewati batas minimal lulus nilai pada setiap sesinya. Misalnya pada JLPT N3 ini, nilai total untuk lulus adalah 95 atau lebih. Dan nilai batas minimal lulus pada setiap sesinya adalah 19 atau lebih. Maka meskipun nilai total 96 tapi nilai pada dokkai adalah 18, maka tetap dinyatakan tidak lulus.



Maka dari itu, kita juga perlu menganalisa kekurangan dalam pemahaman kita pada setiap sesinya.

a. 語彙・漢字

Pada sesi ini, biasanya bagi peserta yang berasal dari Indonesia banyak yang mendapatkan skor yang bagus di atas rata-rata. Hal ini dikarenakan banyak yang lebih mudah menghafal kosakata dan kanji karena lebih banyak waktu mereka untuk belajar dibandingkan perserta orang Indonesia yang tinggal di Jepang. Peserta orang Indonesia yang tinggal di Jepang banyak kelemahan pada sesi ini karena kurangnya jam belajar dan kurangnya minat dalam menghafal kanji. Sehingga nilainya cenderung lebih sedikit daripada nilai sesi yang lain.

b. 文法・読解

Pada sesi ini, biasanya yang jadi momok semua peserta. Memahami bacaan yang panjang dan rumit cukup menguras banyak waktu dan akhirnya memilih jawaban dengan menghitung kancing. Tidak hanya peserta yang tinggal di Indonesia, peserta yang domisili di Jepang pun, masih banyak yang kurang kemampuan membacanya. Hal ini dikarenakan mereka jarang sekali membaca. Sehingga untuk memahami bacaan yang rumit akan mengalami kesulitasn. Apalagi bacaannya satu halaman, sedangkan soalnya hanya satu atau dua saja. 

Tapi untungnya soal tata bahasa dijadikan satu dengan dokkai. Sehingga hasil pemahaman tata bahasa  bisa membantu menaikkan nilai sesi 文法・読解 . 

c. 聴解

Sesi yang ini, kelemahan bagi peserta yang tinggal di Indonesia. Karena untuk menguasai kemampuan mendengar percakapan bahasa jepang, harus benar-benar dilakukan dengan latihan mendengar secara rutin jika tidak ada lingkungan yang menggunakan bahasa jepang. Disinilah kelemahan yang membuat banyak peserta yang tinggal di Indonesia gagal karena nilai pada sesi chokai gagal tidak memenuhi standar lulus. Lain halnya dengan peserta yang sudah 1 tahun lebih tinggal di Jepang. Mereka lebih banyak unggul di sesi chokai ini. Bahkan tidak sedikit yang mendapatkan nilai sempurna pada sesi ini. 

Dari kelemahan pada ketiga sesi di atas, kita harus mempunyai strategi dalam belajar. Misal saya sendiri. Saya mempunyai kelemahan pada pola kalimat dan bacaan. 

Meskipun saya mempunyai kelemahan pada dokkai dan bunpo, jujur saya tidak memperbanyak belajar pada bagian tersebut. Yang terus saya pelajar dan yang paling utama adalah kosakata dan kanji. Loh kok bisa? Oke, perhatikan ini. 
  • Kita hafal betul pola kalimat, tapi tidak menguasai kosakata dan kanji. Apakah kita akan paham isi kalimatnya?
  • Kalau isi kalimat saja tidak tahu, apakah kita bisa memahami isi sebuah bacaan?
Tentu saja tidak. Maka dari itu, bagi saya kosakata dan kanji adalah hal paling inti dalam JLPT ini. Bahkan saat saya tidak memahami pola kalimat, saya bisa meraba jawaban meskipun prosentasenya sedikit untuk benar. Minimal saya tahu kosakata dan inti dari kalimat tersebut. Hal ini juga terjadi pada peserta yang berasal dari China, dimana banyak yang lulus N1 dengan baik, akan tetapi untuk komunikasi dengan orang jepang masih susah. Ini dikarenakan mereka sudah menguasai kanji terlebih dahulu dengan meraba inti makna dari kosakata/kanji.

Ini cara saya mengatasi kelemahan dalam belajar JLPT. Mungkin tidak sama dengan Anda. Tetapi hal ini barang kali bisa menjadi masukan bagi kita semua, bahwa dimana letak kelemahan kita, disitulah kita harus memperbaikinya.

Bersambung...

JANGAN LUPA BACA : Materi Yang Diujikan dalam JLPT