Terkadang gagal dalam ujian JLPT ini bukan berarti kita tidak pandai atau tidak menguasai materi. Ada kalanya semua menjadi berantakan karena kita tidak bisa mengatur waktu sehingga waktu tidak cukup untuk mengerjakan semua soal, seperti yang saya alami pada ujian JLPT Desember tahun lalu.

Berikut ini saya sampaikan beberapa kesalahan yang saya rasa hampir kebanyakan dari kita tanpa sadar melakukannya.

1. JLPT bukanlah test menerjemahkan.

Mungkin kurang tepat kalau ini saya sebut sebagai kesalahan. Tapi kekeliruan yang menyebabkan lost time yang berlebihan. Maksud saya seperti ini, banyak diantara kita ketika mengerjakan soal JLPT lebih cenderung mengartikan keseluruhan soal atau bacaan. 

Loh bukannya kita memang harus tahu artinya?

Ya, memang seperti itu. Namun menurut saya, pada momen-momen yang kurang tepat justru akan membuat kita kehilangan banyak waktu, jika kita terlalu fokus dengan arti dengan memikirkan bahasa indonesianya secara baku. Padahal dalam ujian tersebut saya rasa kita hanya diuji kemampuan bahasa jepang kita. Apakah kita paham atau tidak dengan bahasa jepang pada level tersebut. Paham bukan berarti kita harus bisa menerjemahkan ke dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar. Toh pada akhirnya kita hanya diminta untuk memilih jawaban yan tepat , bukan untuk menuliskan arti dari setiap kata atau kalimat pada soal. Intinya jika kita paham soal yang ditanyakan, maka yang akan kita pilih pada jawaban juga akan benar. Tidak perlu kita memikirkan artinya terlalu lama. Bahkan pada 問題 1 (soal kanji dengan mencari yomikatanya) tanpa membaca keseluruhan kalimat soalnya pun, kita bisa memilih jawaban yang benar.

2. JLPT bukanlah test membaca.

Kalau ini saya rasa cukup fatal. Kenapa bisa demikian?

Coba perhatikan lagi pada struktur soal JLPT. Atau coba kita ingat-ingat lagi soal yang pernah kita kerjakan pada JLPT. Begini, setahu saya , soal yang menanyakan yomikata hanya ada pada 問題 1. Dan pada soal yang lain tidak ada yang menanyakan soal yomikata. Lalu apa permasalahannya. Coba kita pikirkan lagi.

Banyak diantara kita, ketika melihat banyak kanji yang muncul pada soal akan merasa down dan semangat menurun karena dirasanya tidak bisa membaca kanji tersebut. Padahal saya rasa soal selain 問題 1 kita tidak perlu repot-repot memikirkan cara bacanya. Loh kok bisa?

Tentu saja bisa. Karena memang itu tidak perlu. Yang perlu kita perhatikan adalah memahami soal dan memahami jawaban yang tepat. Bukan membaca yomikatanya. Kalau memang kita tidak tahu atau ragu, kita tidak perlu berlama-lama pada kata tersebut. Saran saya pada kondisi demikian, segera tinggalkan. Teruskan pada kata berikutnya. Memahami kalimat juga tidak berarti membaca kata per kata. Saya menemukan trik ini dari sensei saya orang jepang.

Beliau mengatakan, saat membaca surat kabar, orang jepang pun terkadang atau bahkan sering kali tidak memperhatikan yomikatanya. Maksudnya, hanya dengan melihat kanjinya saja, mereka akan mengerti sehingga mereka bisa memahami isi berita dengan cepat. Dan saya juga melakukan hal itu dalam memahami informasi. Saya tidak perlu mengeja satu per satu kata dalam informasi tersebut. Namun saya bisa mengambil poin-poin penting salam sebuah bacaan dan bisa menerka 80-90% maknanya.

Selain memperhatikan kanjinya, terkadang hiragana hanya sekilas saja perlu dilihat. Maksudnya kita tidak perlu memfokuskan mata kita pada setiap huruf hiragana. Karena pada dasarnya hanya itu-itu saja, terutama partikel. Misalnya perhatikan kalimat berikut ini:

私は食堂で友達とたこ焼きを食べています。

Mungkin bagi yang awam kalimat diatas akan masuk ke mata dengan pola seperti ini.

私   は   食   堂   で   友   達   と   た   こ   焼   き   を   食   べ   て   い   ま   す。

Untuk yang sudah sedikit lebih cerdas akan menjadi seperti ini.

私  は  食堂  で  友達   と   たこ焼き   を   食べています。

Kalau saya, yang masuk ke dalam mata saya menjadi seperti ini.

食堂友達たこ焼きべています。

Hanya kosakata yang tidak diblok yang akan saya lihat. Selebihnya, tanpa melihatnya pun otak akan menerka partikel apa yang BIASA menempel pada kata tersebut. Sehingga jika ditulis akan menjadi seperti ini: 

私食堂友達たこ焼き食  

Tapi kita juga memperhatikan pada blok merah diatas. Bentuk perubahan pada kata juga akan mempengaruhi makna. Jadi pada bagian ini saya akan sedikit memperhatikan.

3. Memikirkan soal yang telah lalu.

Ini juga membuat konsentrasi kita pecah dan menimbulkan lostime yang lumayan lama. Jika memang ada soal yang benar-benar kita tidak tahu jawabannya, saya sarankan pilih mana saja jawaban dan tinggalkanlah. Jangan sekali-kali kita pikirkan lagi soal yang sudah kita lewati. Entah itu salah atau benar. Kesempatan membaca soal dan memilih jawaban, sebenarnya hanya sekali. Jika kita melakukan hal ini maka waktu yang disediakan akan cukup. Tapi jika kita stuck pada satu soal dan kita baca lagi dan lagi, waktu untuk soal yang lain otamatis akan berkurang. Inilah yang menyebabkan waktu kita tidak cukup untuk mengerjakan semua soal. 

Apalagi pada soal Choukai (listening). Jika kita tidak konsentrasi, apalagi masih memikirkan soal yang baru saja terlewat, bisa jadi soalnya sudah lompat ke nomor selanjutnya tapi kita belum menjawabnya. Dan ini benar-benar fatal menurut saya. 

4. Tidak mempelajari model soal JLPT

Ini hampir terjadi pada peserta ujian yang baru pertama kali mencoba JLPT. Terutama pada soal listening. Banyak yang akan mengatakan kesan-kesan setelah ujian. Lah soalnya mana jawabannya dimana? Padahal jawabannya memang tidak ditulis, tapi diperdengarkan. Jadi melatih membiasakan diri dengan model soal JLPT juga perlu.

5. Tidak Belajar

Ini sudah pasti. Jika tidak belajar bagaimana bisa mengerjakan soal JLPT. Belajar tidak harus dengan buku , pengalaman langsung dalam kehidupan di jepang juga berpengaruh . Tapi tentu saja, walau bagaimana pun kanji harus dipelajari secara tekun.

Sekian mungkin bisa dijadikan bahan instropeksi diri dan menemukan jawaban kenapa kita masih gagal dalam JLPT sebelumnya.